PRINSIP, PENDEKATAN DAN DESAIN KURIKULUM
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed.
Disusun Oleh:
1. Nur Wachid
(1403016050)
Program Studi Pendidikan Agama Islam (S1)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang
merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah.
Rancangan kuriklum dirancang dengan maksud memberi pedoman kepada para
pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai
tujuan yang di cita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan
menguji kurikulum. Disana semuakonsep,prinsip, nilai dan pengetahuan, metode,
alat dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan mewujudkan
bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Perwujudan kosen, prinsip dan
aspek-aspek kurikulum tesebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu,
gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. Dialah
sebenarnya perencana, pelaksana, penilai,dan memberikan landasan, isi, dan
menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan
tuntutan dan perkembangan masyarakat.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana prinsip pengembangan kurikulum?
2.
Bagaimana pendekatan pengembangan kurikulum?
3.
Bagaimana desain pegembangan kurikulum?
II.
PEMBAHASAN
A.
Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
a.
Relevansi
Relevansi mempunyai arti yakni kedekatan
hubungan dengan apa yang terjadi. Bila dikaitkan dengan program
pendidikan,berarti perlunya kesesuaian antara program pendidikan dengan
tuntunan kehidupan masyarakat. Suatu pendidikan dikatakan relevan apabila yang
diperoleh akan berguna bagi kehidupan seseorang.[1]
kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat. Apa
yang tertuang dalam kurikulum hendaknya mempersiapkan siswa untuk tugas
tersebut.Kurikulum bukan hanya menyiapkan anak untuk kehidupannya sekarang,
melaikan untuk kehidupannya yang akan datang.[2]
Menurut Soetopo dan Soemanto (1993) dan
Subandijah (1993) meengungkapkan relevansi sebagai berikut: pertama,
relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik. Sebagai contoh, sekolah yang
berada di perkotaan, anak didiknya ditawarkan hal yang aktual, seperti polusi
pabrik, arus perdagangan yang ramai. Atau sebaliknya,sekolah-sekolah yang
berada di pedesaan, tentu saja anak didiknya diajarkan hal yang relevan.
Misalnya, memperkenalkan pertanian kepadaanak didik, karena daerah tersebut
merupakan pedesaan yang subur akan pertanian, bisa saja hal-halyang lainseperti
kerajinan, budaya dan seni.
Kedua, relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan
datang. Materi atau bahan yang diajarkan kepada anak didik hendaklah memberi
manfaat untuk mempersiapkan masa depan anak didik. Makanya kurikulum hendaklah
harus bersifat antisipasi dan memiliki nilai prediksi secara tajam dan
perhitungan. Ketiga, relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Semua
orang tua mengharapkan anaknya dapat bekerja sesuai dengan pengalaman
pendidikan yang dimilikinya.
Keempat, relevansi pendidikan dengan ilmu
pengetahuan. Kemajuan pendidikan juga membuat maju ilmu pengetahuan dan
teknologi. Jadi, program pendidikan (kurikulum) hendaknya mampu memberi peluan
bagi anak didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,dan selalu
siap menjadi pelopor penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.[3]
b.
Fleksibilitas (keluwesan)
Kurikulum hendaknya memiliki sifat fleksibel
atau lentur. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang
akan datang. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal
yang solid, tetapi dalam pelaksanaanya memungkinkan terjadinya penyesuaian
berdasarkan kondisi daerah, kemampuan dan latar belakang anak.[4]
Didalam kurikulum flesibelitas dapat dibagi
menjadi dua macam:
1)
Fleksibelitas dalam memilih program pendidikan
Maksudnya adalah bentuk pengadaan
program-program pilihan yang dapat dibentuk jurusan, program spesialisasi,
ataupun program-program oendidikan keterampilan yang dapat dipilih murid atas
dasar kemampuan dan minatnya.
2)
Fleksibelitas dalam pengembangan program
pengajaran
Maksudnya adalah dalam bentuk meberikan
kesempatan kepada para pendidik dalam mengembangkan sendiri program-program
pengajaran dengan berpatok pada tujuan dan bahan pengajaran di dalam kurikulum.[5]
c.
Kesinambungan
Perkembngan dan proses belajar anak
berlangsung berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh
karena itu pengalaman-pengalaman belajar yang disesuaikan kurikulum juga
hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas
lainnya,antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara
pendidikan dengan pekerjaan.[6]
d.
Efektifitas
Yang dimaksud dengan efeektifitas adalah
sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang
telah ditentukan. Di dalam pendidikan dapat dilihat dari dua sisi,yaitu:
1.)
Efektifitas mengajar berkaitn dengan sejauh
manakegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan
baik.
2.)
Efektifitas belajar anak didik, erkaitan
dengan sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diingan telah dicapai melalui
kegiatan belajar-mengajar yang telah dilaksanakan.
e.
Berorientasi pada tujuan
Berarti bahwa sebelum ditentukan,langkah yang
harus diperlukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujan terbih dahulu.
Dengan adanya kejelasan tujuan, pendidik diharapkan dapat menentukan secara tepat metode mengajar, alat pengajar
dan evaluasi.[7]
B.
Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Yang dimaksudkan pendekatan adalah cara kerja
dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat
dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh
kurikulum yang lebih baik. Setidak-tidaknya ada 4 pendekatan dalam pengembangan
kurikulum di antaranya, yaitu: pendekatan subyek akademik, pendekatan
humanistik, pendekatan teknologi, dan pendekatan rekonstruksi social, Namun
disini kami akan menguraikan tiga pendekatan yakni pendekatan subyek akademik,
pendekatan humanistic, dan pendekatan teknologi.
a) Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan ini adalah pendekatan yang tertua, sejak sekolah yang
pertama berdiri kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Kurikulum disajikan dalam
bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang di intregasikan.
Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan
evaluasi. Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program
pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing.
Para ahli akademis terus mencoba mengembangkan sebuah kurikulum
yang akan melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan,
dengan konsep dasar dan metode untuk
mengamati, hubungan antara sesama, analisis data, dan penarikan kesimpulan.
Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih
dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan
untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Prioritas pendekatan ini adalah mengutamakan sifat perencanaan
program dan juga mengutamakan penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu
tertentu.
b) Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa atau peserta didik
(student-centered) dan mengutamakan perkembangan afektif peserta didik sebagai
prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Para pendidik
humanistic meyakini bahwa kesejahteraan mental dan emosional peserta didik
harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar proses belajar memberikan hasil
yang maksimal.
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan
dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para pakar humanis
kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman berharga untuk membantu memperlancar
perkembangan pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses
perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas,
dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain,
dan belajar. Semua itu merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia
yang teraktualisasi (self actualizing person).
Kurikulum Humanistis memiliki kelemahan, antara lain:
a.
Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan
individual peserta didik.
b. Meskipun
kurikulum ini sangat menekankan individu tapi kenyataannya terdapat keseragaman
peserta didik.
c.Kurikulum
ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
d.
Dalam kurikulum ini prisip-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan.
c)
Pendekatan Teknologis
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari
analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi belajarnya
ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analysis) tersebut.
Kurikulum sebagai model teknologi pendidikan menekankan pada
penyusunan program pengajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Program
pengajaran ini dapat menggunakan sistem saja, atau juga dengan alat atau media.
Selain itu, dapat juga dipadukan. Dalam konteks kurikulum model teknologi,
teknologi pendidikan mempunyai dua aspek, yakni hardware berupa alat benda
keras seperti proyektor, TV, LCD, radio, dan sebagainya, dan software berupa
teknik penyusunan kurikulum, baik secara mikro maupun makro. Teknologi yang
telah diterapkan adakalanya berupa PPSI atau Prosedur Pengembangan Sitem
Intruksional, pelajaran berprogram dan modul.
Pendekatan teknologis ini sudah tentu mempunyai
keterbatasan-keterbatasan, antara lain: ia terbatas pada hal-hal yang bisa
dirancang sebelumnya. Karena dari itu pendekatan teknologis tidak selamanya
dapat digunakan dalam pembelajaran tertentu. Sebagai contoh pelajaran PAI,
kalau kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam hanya sampai kepada
penguasaan materi dan keterampilan menjalankan ajaran agama, mungkin bisa
mengunakan pendekatan teknologis, sebab proses dan produknya bisa dirancang
sebelumnya.
Pesan-pesan pendidikan agama Islam tidak semua dapat didekati
secara teknologis. Sebagai contoh: bagaimana membentuk kesadaran keimanan
peserta didik terhadap lima Rukun Iman, Masalah kesadaran keimanan banyak
mengandung masalah yang abstrak, yang tidak hanya dilihat dari perilaku riil
atau konkritnya. kadang kala juga sulit untuk dicapai dan dipantau oleh guru,
karena pembentukan keimanan, kesadaran pengamalan ajaran Islam dan berakhlak
Islam, sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan agama Islam, memerlukan
proses yang relatif lama, yang sulit dipantau hasil belajarnya jika hanya
mengandalkan pada kegiatan belajar-mengajar di kelas dengan pendekatan
teknologis. Kerena itu perlu menggunakan pendekatan lain yang bersifat
non-teknologis.
C.
Desain Pengembangan Kurikulum
Pengertian Desain Kurikulum
Yang dimaksud desain adalah rancangan, pola, atau model. Mendesain
kurikulum berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai
dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer kurikulum, sama
seperti seorang arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkontruksi
bangunan terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang model bangunan yang
akan dibangun.[8]
Prinsip-Prinsip
Desain Kurikulum
1) Desain kurikulum harus memudahkan dan
mendorong seleksi serta pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang
esensial bagi pencapaian prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2) Desain memuat berbagai pengalaman belajar
yang bermakna dalam rangka merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya
bagi kelompok siswa yang belajar dengan bimbingan guru;
3) Desain harus memungkinkan dan menyediakan
peluang bagi guru untuk menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih,
membimbing, dan mengembangkan berbagai kegiatan belajar di sekolah;
4) Desain harus memungkinkan guru untuk
menyesuaikan pengalaman dengan kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan
siswa
5) Desain harus mendorong guru
mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar anak yang diperoleh diluar sekolah
dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah.
6) Desain harus menyediakan pengalaman belajar
yang berkesinambungan, agar kegiatan belajar siswa berkembang sejalan dengan
pengalaman terdahulu dan terus berlanjut pada pengalaman berikutnya.
7) Kurikulum harus di desain agar dapat
membantu siswa mengembangkan watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai
demokrasi yang menjiwai kultur.
8)
Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.
Model-Model Desain Kurikulum
Longstreet
mendefinisikan desain kurikulum merupakan desain kurikulum yang berpusat kepada
pengetahuan (the knowledge centered desain) yang dirancang berdasarkan struktur
disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini juga dinamakan model kurikulum
subjek akademis yang penekananny diarahkan untuk pengembangan intelektual
siswa.
Ada tiga bentuk
organisisi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu: subject
centered desain, learned centered desain, problem centered desain. Setiap desain
kurikukum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran
agar berjalan dengan efektif dan efisien. Tetapi tidak setiap desain kurikulum
dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakn proses pembelajaran, karena setiap
desain kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanannya.
1.
Subject
Centered Design
Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain yang
paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered
design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan.
Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran
tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisahnya itu maka
kurikulum ini disebut juga separated subject curiculum.
Subject centered design
berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menenkankan pengetahuan,
nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya.
Karena mengutamakan isi atau bahan ajar atau
subject matter tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga subject academic curriculum.
Model design curriculum ini
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan dari model ini
adalah:
1. mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan
2.
para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat
menyampaikannya.
2. The Disciplines Design
Bentuk ini
merupakan pengembangan dari subject
design keduanya masih menekankan kepada isi materi kurikulum. Walaupun bertolak
belakang dari hal yang sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan.
Pada subject design belum ada
kriteria yang tegas tentang apa yang
disebut subject (ilmu). Belum ada
perbedaan antara matematika, psikologi dengan teknik atau cara mengemudi,
semuanya disebut subject. Pada disciplines design kriteria tersebut telah
tegas, yang membedakan apakah suatu pengetahuan itu ilmu atau subject dan bukan
adalah batang tubuh ke ilmuannya. Batang tubuh keilmuan menentukan apakah suatu
bahan pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan, Untuk menegaskan hal itu mereka
menggunakan istilah disiplin.
Isi kurikulum
yang diberikan di sekolah adalah dusiplin-disiplin ilmu. Menurut pandangan ini
sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, batu pertama dari hal itu adalah
isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum dari aliran ini berpegang teguh pada disiplin-disiplin ilmu seperti :
fisika, biologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya.
1.
The
Broad Fields Design
Baik subject design maupun
disciplines design masih menunjukan adanya pemisahan antar mata
pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut adalah
mengembangkan The broad field design. Dalam model ini mereka menyatukan
beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang
studi seperti sejarah, Geografi, dan Ekonomi digabung menjadi ilmu Pengetahuan
sosial, Aljabar, Ilmu ukur, dan Berhitung menjadi matematika, dan sebagainya.
Tujuan pengembangan kurikulum broad field adalah menyiapakan para
siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialistis,
dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh. Bentuk kurikulum ini banyak
digunakan di sekolah menengah pertama, di sekolah menengah atas penggunaannya
agak terbatas apalagi di perguruan tinggi sedikit sekali.
2.
Problem
centered design
Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan
peranan manusia (man centered). Problem centered desain menekankan manusia
dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Problem cebtered design
menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Minimal ada dua variasi
model desain kurikulum ini, yaitu the areas of living design, dan The core
design.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Prinsip kurikulum
Relevansi mempunyai arti yakni kedekatan
hubungan dengan apa yang terjadi. Bila dikaitkan dengan program
pendidikan,berarti perlunya kesesuaian antara program pendidikan dengan
tuntunan kehidupan masyarakat. pertama, relevansi pendidikan dengan
lingkungan anak didik.
Kedua, relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan
datang. Ketiga, relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Semua orang tua
mengharapkan anaknya dapat bekerja sesuai dengan pengalaman pendidikan yang
dimilikinya.
Keempat, relevansi pendidikan dengan ilmu
pengetahuan.
Fleksibilitas (keluwesan)
Kurikulum hendaknya memiliki sifat fleksibel
atau lentur. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang
akan datang. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal
yang solid, tetapi dalam pelaksanaanya memungkinkan terjadinya penyesuaian
berdasarkan kondisi daerah, kemampuan dan latar belakang anak. Kesinambungan
Perkembngan dan proses belajar anak
berlangsung berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh
karena itu pengalaman-pengalaman belajar yang disesuaikan kurikulum juga
hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas
lainnya,antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara
pendidikan dengan pekerjaan.[9]
Efektifitas
Yang dimaksud dengan efeektifitas adalah
sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang
telah ditentukan. Berorientasi pada tujuan
Berarti bahwa sebelum ditentukan,langkah yang harus
diperlukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujan terbih dahulu. Dengan
adanya kejelasan tujuan, pendidik diharapkan dapat menentukan secara tepat metode mengajar, alat pengajar
dan evaluasi
2. Pendekatan kurikulum
A. Pendekatan Subjek Akademis
B. Pendekatan Humanistik
C. Pendekatan Teknologis
3. Desain kurikum
Subject
Centered Design
Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain yang
paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered
design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan.
The Disciplines
Design
Bentuk ini
merupakan pengembangan dari subject
design keduanya masih menekankan kepada isi materi kurikulum. Walaupun bertolak
belakang dari hal yang sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan.
Pada subject design belum ada
kriteria yang tegas tentang apa yang
disebut subject (ilmu).
B. Saran
Demikian
makalah ini kami selesaikan, semoga dengan adanya makalah ini mampu memberikan
pengetahuan terkait Prinsip, Pendekatan dan Desain Kurikulum. Akhirnya, tiada
sebuah karya yng sempurna karena kesemurnaan hanya milik Allah swt. Sudilah
kiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran dari penulisan makalah
kami. Semoga dengan adanya kritik dan saran dari pembaca mampu memberi koreksi
terhadap tulisan kami. Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih.
[1] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik, cet. 1,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2014). Hlm.143
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktek,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013). Hlm.150-151
[3] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum,Teori & Pratik,...
Hlm.143-144
[7]
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum,Teori &
Pratik,... Hlm. 144-146
Tidak ada komentar:
Posting Komentar