Kamis, 12 Mei 2016

PRINSIP, PENDEKATAN DAN DESAN KURIKULUM

PRINSIP, PENDEKATAN DAN DESAIN KURIKULUM

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed.
LOGO UIN WALISONGO.jpg
Disusun Oleh:
1.      Nur Wachid                (1403016050)


Program Studi Pendidikan Agama Islam (S1)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG

                                                                    2016         
I.          PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Rancangan kuriklum dirancang dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang di cita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Disana semuakonsep,prinsip, nilai dan pengetahuan, metode, alat dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Perwujudan kosen, prinsip dan aspek-aspek kurikulum tesebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. Dialah sebenarnya perencana, pelaksana, penilai,dan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana prinsip pengembangan kurikulum?
2.      Bagaimana pendekatan pengembangan kurikulum?
3.      Bagaimana desain pegembangan kurikulum?












II.       PEMBAHASAN
A.    Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
a.       Relevansi
Relevansi mempunyai arti yakni kedekatan hubungan dengan apa yang terjadi. Bila dikaitkan dengan program pendidikan,berarti perlunya kesesuaian antara program pendidikan dengan tuntunan kehidupan masyarakat. Suatu pendidikan dikatakan relevan apabila yang diperoleh akan berguna bagi kehidupan seseorang.[1] kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat. Apa yang tertuang dalam kurikulum hendaknya mempersiapkan siswa untuk tugas tersebut.Kurikulum bukan hanya menyiapkan anak untuk kehidupannya sekarang, melaikan untuk kehidupannya yang akan datang.[2]
Menurut Soetopo dan Soemanto (1993) dan Subandijah (1993) meengungkapkan relevansi sebagai berikut: pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik. Sebagai contoh, sekolah yang berada di perkotaan, anak didiknya ditawarkan hal yang aktual, seperti polusi pabrik, arus perdagangan yang ramai. Atau sebaliknya,sekolah-sekolah yang berada di pedesaan, tentu saja anak didiknya diajarkan hal yang relevan. Misalnya, memperkenalkan pertanian kepadaanak didik, karena daerah tersebut merupakan pedesaan yang subur akan pertanian, bisa saja hal-halyang lainseperti kerajinan, budaya dan seni.
Kedua, relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan datang. Materi atau bahan yang diajarkan kepada anak didik hendaklah memberi manfaat untuk mempersiapkan masa depan anak didik. Makanya kurikulum hendaklah harus bersifat antisipasi dan memiliki nilai prediksi secara tajam dan perhitungan. Ketiga, relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Semua orang tua mengharapkan anaknya dapat bekerja sesuai dengan pengalaman pendidikan yang dimilikinya.
Keempat, relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan. Kemajuan pendidikan juga membuat maju ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi, program pendidikan (kurikulum) hendaknya mampu memberi peluan bagi anak didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,dan selalu siap menjadi pelopor penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.[3]
b.      Fleksibilitas (keluwesan)
Kurikulum hendaknya memiliki sifat fleksibel atau lentur. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaanya memungkinkan terjadinya penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, kemampuan dan latar belakang anak.[4]
Didalam kurikulum flesibelitas dapat dibagi menjadi dua macam:
1)      Fleksibelitas dalam memilih program pendidikan
Maksudnya adalah bentuk pengadaan program-program pilihan yang dapat dibentuk jurusan, program spesialisasi, ataupun program-program oendidikan keterampilan yang dapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan minatnya.
2)      Fleksibelitas dalam pengembangan program pengajaran
Maksudnya adalah dalam bentuk meberikan kesempatan kepada para pendidik dalam mengembangkan sendiri program-program pengajaran dengan berpatok pada tujuan dan bahan pengajaran di dalam kurikulum.[5]
c.       Kesinambungan
Perkembngan dan proses belajar anak berlangsung berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh karena itu pengalaman-pengalaman belajar yang disesuaikan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya,antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara pendidikan dengan pekerjaan.[6]
d.      Efektifitas
Yang dimaksud dengan efeektifitas adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan. Di dalam pendidikan dapat dilihat dari dua sisi,yaitu:
1.)    Efektifitas mengajar berkaitn dengan sejauh manakegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
2.)    Efektifitas belajar anak didik, erkaitan dengan sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diingan telah dicapai melalui kegiatan belajar-mengajar yang telah dilaksanakan.
e.       Berorientasi pada tujuan
Berarti bahwa sebelum ditentukan,langkah yang harus diperlukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujan terbih dahulu. Dengan adanya kejelasan tujuan, pendidik diharapkan dapat menentukan  secara tepat metode mengajar, alat pengajar dan evaluasi.[7]
B.     Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Yang dimaksudkan pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. Setidak-tidaknya ada 4 pendekatan dalam pengembangan kurikulum di antaranya, yaitu: pendekatan subyek akademik, pendekatan humanistik, pendekatan teknologi, dan pendekatan rekonstruksi social, Namun disini kami akan menguraikan tiga pendekatan yakni pendekatan subyek akademik, pendekatan humanistic, dan pendekatan teknologi.
a)      Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan ini adalah pendekatan yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang di intregasikan.
Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi. Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing.
Para ahli akademis terus mencoba mengembangkan sebuah kurikulum yang akan melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan  konsep dasar dan metode untuk mengamati, hubungan antara sesama, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Prioritas pendekatan ini adalah mengutamakan sifat perencanaan program dan juga mengutamakan penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu.

b)      Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa atau peserta didik (student-centered) dan mengutamakan perkembangan afektif peserta didik sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Para pendidik humanistic meyakini bahwa kesejahteraan mental dan emosional peserta didik harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar proses belajar memberikan hasil yang maksimal.
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para pakar humanis kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar. Semua itu merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yang teraktualisasi (self actualizing person).

Kurikulum Humanistis memiliki kelemahan, antara lain:
a. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual peserta didik.
b. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu tapi kenyataannya terdapat keseragaman peserta didik.
c.Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
d. Dalam kurikulum ini prisip-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan.

c) Pendekatan Teknologis
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analysis) tersebut.
Kurikulum sebagai model teknologi pendidikan menekankan pada penyusunan program pengajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Program pengajaran ini dapat menggunakan sistem saja, atau juga dengan alat atau media. Selain itu, dapat juga dipadukan. Dalam konteks kurikulum model teknologi, teknologi pendidikan mempunyai dua aspek, yakni hardware berupa alat benda keras seperti proyektor, TV, LCD, radio, dan sebagainya, dan software berupa teknik penyusunan kurikulum, baik secara mikro maupun makro. Teknologi yang telah diterapkan adakalanya berupa PPSI atau Prosedur Pengembangan Sitem Intruksional, pelajaran berprogram dan modul.
Pendekatan teknologis ini sudah tentu mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain: ia terbatas pada hal-hal yang bisa dirancang sebelumnya. Karena dari itu pendekatan teknologis tidak selamanya dapat digunakan dalam pembelajaran tertentu. Sebagai contoh pelajaran PAI, kalau kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam hanya sampai kepada penguasaan materi dan keterampilan menjalankan ajaran agama, mungkin bisa mengunakan pendekatan teknologis, sebab proses dan produknya bisa dirancang sebelumnya.
Pesan-pesan pendidikan agama Islam tidak semua dapat didekati secara teknologis. Sebagai contoh: bagaimana membentuk kesadaran keimanan peserta didik terhadap lima Rukun Iman, Masalah kesadaran keimanan banyak mengandung masalah yang abstrak, yang tidak hanya dilihat dari perilaku riil atau konkritnya. kadang kala juga sulit untuk dicapai dan dipantau oleh guru, karena pembentukan keimanan, kesadaran pengamalan ajaran Islam dan berakhlak Islam, sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan agama Islam, memerlukan proses yang relatif lama, yang sulit dipantau hasil belajarnya jika hanya mengandalkan pada kegiatan belajar-mengajar di kelas dengan pendekatan teknologis. Kerena itu perlu menggunakan pendekatan lain yang bersifat non-teknologis.
C.     Desain Pengembangan Kurikulum
Pengertian Desain Kurikulum
Yang dimaksud desain adalah rancangan, pola, atau model. Mendesain kurikulum berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer kurikulum, sama seperti seorang arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkontruksi bangunan terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang model bangunan yang akan dibangun.[8]
Prinsip-Prinsip Desain Kurikulum
1) Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2) Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa yang belajar dengan bimbingan guru;
3) Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan mengembangkan berbagai kegiatan belajar di sekolah;
4) Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa
5) Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar anak yang diperoleh diluar sekolah dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah.
6) Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar kegiatan belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan terus berlanjut pada pengalaman berikutnya.
7) Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai kultur.
8) Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.
Model-Model Desain Kurikulum
Longstreet mendefinisikan desain kurikulum merupakan desain kurikulum yang berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered desain) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini juga dinamakan model kurikulum subjek akademis yang penekananny diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa.
Ada tiga bentuk organisisi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu: subject centered desain, learned centered desain, problem centered desain. Setiap desain kurikukum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efisien. Tetapi tidak setiap desain kurikulum dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakn proses pembelajaran, karena setiap desain kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanannya.
1.      Subject Centered Design     
Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain yang paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisahnya itu maka kurikulum ini disebut juga separated subject curiculum.
Subject centered design  berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menenkankan pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya untuk  mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena mengutamakan isi atau bahan ajar atau  subject matter tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga  subject academic curriculum.
Model design curriculum  ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan dari model ini adalah:
1. mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan
2. para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau   bahan yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikannya.
2The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari  subject design keduanya masih menekankan kepada isi materi kurikulum. Walaupun bertolak belakang dari hal yang sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Pada  subject design belum ada kriteria  yang tegas tentang apa yang disebut subject  (ilmu). Belum ada perbedaan antara matematika, psikologi dengan teknik atau cara mengemudi, semuanya disebut subject. Pada disciplines design kriteria tersebut telah tegas, yang membedakan apakah suatu pengetahuan itu ilmu atau subject dan bukan adalah batang tubuh ke ilmuannya. Batang tubuh keilmuan menentukan apakah suatu bahan pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan, Untuk menegaskan hal itu mereka menggunakan istilah disiplin.
Isi kurikulum yang diberikan di sekolah adalah dusiplin-disiplin ilmu. Menurut pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, batu pertama dari hal itu adalah isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum dari aliran ini berpegang   teguh pada disiplin-disiplin ilmu seperti : fisika, biologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya.

1.      The Broad Fields Design
Baik subject design maupun  disciplines design masih menunjukan adanya pemisahan antar mata pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut adalah mengembangkan The broad field design. Dalam model ini mereka menyatukan beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti sejarah, Geografi, dan Ekonomi digabung menjadi ilmu Pengetahuan sosial, Aljabar, Ilmu ukur, dan Berhitung menjadi matematika, dan sebagainya.
Tujuan pengembangan kurikulum broad field adalah menyiapakan para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh. Bentuk kurikulum ini banyak digunakan di sekolah menengah pertama, di sekolah menengah atas penggunaannya agak terbatas apalagi di perguruan tinggi sedikit sekali.
2.      Problem centered design
Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia (man centered). Problem centered desain menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Problem cebtered design menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Minimal ada dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu the areas of living design, dan The core design.



III.    PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Prinsip kurikulum
Relevansi mempunyai arti yakni kedekatan hubungan dengan apa yang terjadi. Bila dikaitkan dengan program pendidikan,berarti perlunya kesesuaian antara program pendidikan dengan tuntunan kehidupan masyarakat. pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik.
Kedua, relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan datang. Ketiga, relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Semua orang tua mengharapkan anaknya dapat bekerja sesuai dengan pengalaman pendidikan yang dimilikinya.
Keempat, relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan.
Fleksibilitas (keluwesan)
Kurikulum hendaknya memiliki sifat fleksibel atau lentur. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaanya memungkinkan terjadinya penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, kemampuan dan latar belakang anak. Kesinambungan
Perkembngan dan proses belajar anak berlangsung berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh karena itu pengalaman-pengalaman belajar yang disesuaikan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya,antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara pendidikan dengan pekerjaan.[9]
Efektifitas
Yang dimaksud dengan efeektifitas adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan. Berorientasi pada tujuan
Berarti bahwa sebelum ditentukan,langkah yang harus diperlukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujan terbih dahulu. Dengan adanya kejelasan tujuan, pendidik diharapkan dapat menentukan  secara tepat metode mengajar, alat pengajar dan evaluasi
2.      Pendekatan kurikulum
A.    Pendekatan Subjek Akademis
B.     Pendekatan Humanistik
C.     Pendekatan Teknologis
3.      Desain kurikum
Subject Centered Design     
         Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain yang paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan.
The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari  subject design keduanya masih menekankan kepada isi materi kurikulum. Walaupun bertolak belakang dari hal yang sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Pada  subject design belum ada kriteria  yang tegas tentang apa yang disebut subject  (ilmu).
B.     Saran
         Demikian makalah ini kami selesaikan, semoga dengan adanya makalah ini mampu memberikan pengetahuan terkait Prinsip, Pendekatan dan Desain Kurikulum. Akhirnya, tiada sebuah karya yng sempurna karena kesemurnaan hanya milik Allah swt. Sudilah kiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran dari penulisan makalah kami. Semoga dengan adanya kritik dan saran dari pembaca mampu memberi koreksi terhadap tulisan kami. Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih.


[1] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik, cet. 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). Hlm.143
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013). Hlm.150-151
[3] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum,Teori & Pratik,... Hlm.143-144
[4] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktek... Hlm. 151
[5] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum,Teori & Pratik,... Hlm.146
[6] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktek... Hlm. 151
[7] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum,Teori & Pratik,... Hlm. 144-146
[8] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Hlm 63.
[9] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktek... Hlm. 151    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar