TUJUAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Mata Kuliah :TafsirTarbawy I
DosenPengampu : Dr. Musthofa
Rahman, M.Ag.
Oleh :
1. Fauzul Muna (1403016049)
2. Nur Wachid (1403016050)
3. Imro’atul Latifah (1403016051)
4. Siti Nur Hidayah (1403016052)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
PEMBAHASAN
A. Teks
Ayat dan Terjemahannya
1.
Q.S
Al Baqarah ayat 30-32
وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ -٣٠-
وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ
فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ -٣١- قَالُواْ سُبْحَانَكَ
لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
-٣٢-
“Ingatlah
ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat, sesungguhanya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. “ Mereka berkata, “Mengapa hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan menbuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
menyucikan Engkau?” Rabb berfirman, “Sesungguhnya mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (30).
“Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika memang kamu orang yang benar!.”
(31).
“Mereka
menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.” (32).
2.
Q.S
Ali Imran ayat 138-139
هَـذَا
بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِينَ -١٣٨- وَلاَ تَهِنُوا
وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ -١٣٩-
“Al
Qur’an ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.” (138). “Dan janganlah kamu merasa lemah dan janganlah kamu bersedih hati.
Padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
(benar-benar) beriman.” (139).
3. Q.S Al Dzariyah ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ -٥٦-
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah
kepada-Ku.”
4.
Q.S
Al Fath ayat 29
مُّحَمَّدٌ
رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء
بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ
وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ
مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ
شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً -٢٩-
“Muhammad
Rasul Allah! Dan orang yang bersama dengannya adalah keras terhadap orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Engkau melihat nereka ruku’ dan
sujud mencari kurnia daripada Allah dan Keridhoan, tanda-tanda mereka pada
wajah mereka daripada bekas sujud. Demikianlah perumpamaan (sifat-sifat) mereka
dalam Taurat dan perumpamaan (sifat-sifat) mereka dalam Injil, seperti tanaman
yang mengeluarkan tunasnya, maka ia menguatkannya, lalu ia menjadi besar, maka
ia tegak diatas batangnya, menakjubkan penanam-nya karena Dia (Allah) hendak
menjengkelkan orang kafir kepada mereka. Allah menjanjikan kepada orang yang
beriman dan beramal shalih antara mereka keampunan dan pahala yang besar.”
5.
Q.S
Al Hajj ayat 41
الَّذِينَ
إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ
وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ
الْأُمُورِ -٤١-
“(yaitu)
orang-orang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka
mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
6. Q.S Hud ayat 61
وَإِلَى
ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحاً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ
إِلَـهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ -٦١-
“Dan
kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai
kaumku! Sembahlah Allah, tidk ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah
menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampun kepada-Nya, kemdian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya
Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).”[1]
B. Penjelasan
Isi
Tafsir Ayat Terkait
1.
Q.S
Al Baqarah ayat 30-32
Munasabah
Ayat-ayat yang lalu mengingatkan
manusia pada nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Jika
mereka senantiasa ingat kedapa nikmat tersebut, niscaya mereka akan senantiasa
bersyukur dan bertakwa kepada-Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan
mengingkari nikmat-nikmatNya itu. Kemudian pada ayat-ayat ini Allah swt,
menerangkan nikmatNya yang jauh lebih besar, yang disyukuri oleh semua
keturunan Adam a.s dengan cara menaati perintah-perintahNya, serta menjauhkan
diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhadapNya. Nikmat tersebut ialah
diangkatnya manusia sebagai khlaifah di bumi.[2]
Tafsir
(30) ketika Allah swt memberitahukan kepada para
MalaikatNya bahwa Dia akan menjadikan Adam a.s sebagai khalifah di bumi, maka
para Malaikat ikut bertanya, mengapa Adam a.s yang akan diangkat menjadi
khalifah di bumi, padahal Adam dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan
dan menumpahkan darah dimuka bumi. Para Malaikat menganggap diri mereka lebih
patut memangku jabatan itu, sebab mereka makhluk yang selalu bertasbih, memuji
dan menyucikan Allah swt
Allah
swt tidak membenarkan anggapan mereka itu, dan Dia menjawab bahwa Dia
mengetahui yang tidak diketahui oleh para Malaikat. Segala yang akan dilakukan
Allah swt adalah berdasarkan pengetahuan dan hikmahNya Yang Maha Tinggi
walaupun tak dapat diketahui oleh mereka, termasuk pengangkatan Adam menjadi
khalifah di bumi.
Yang dimaksud dengan kekhalifahan Adam a.s di bumi adalah
kedudukannya sebgai khalifah di bumi ini, untuk melaksanakan
perintah-perintahNya, dan memakmurkan bumi serta memnfaatkan segala apa yang
ada padanya. Pengertian ini dapat di kuatkan dengan
firman Allah dalam Q.S Sad/38:26:
ß¼ãr#y»t $¯RÎ) y7»oYù=yèy_ ZpxÿÎ=yz Îû ÇÚöF{$# Läl÷n$$sù tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# Èd,ptø:$$Î/ wur ÆìÎ7®Ks? 3uqygø9$# y7¯=ÅÒãsù `tã È@Î6y «!$# 4 ¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbq=ÅÒt `tã È@Î6y «!$# öNßgs9 Ò>#xtã 7Ïx© $yJÎ/ (#qÝ¡nS tPöqt É>$|¡Ïtø:$# ÇËÏÈ
“... wahai
Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi... “
Sebagaimana
kita ketahui Daud a.s disamping menjadi Nabi juga menjadi raja bagi kaumnya.
Ayat ini merupakan dalil tentang wajibnya kaum muslimin memilih dan mengangkat
seorang pimpinan tertinggi sebagai tokoh pemersatu antara seluruh kaum muslimin
yang dapat memimpin umat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah di bumi ini.
Para
ulam telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tokoh pimpinan
yang dimaksudkan itu, antara lain ialah: adil serta berpengetahuan yang
memungkinkannya untuk bertinda sebgai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacat
jasmaniah serta berpengalaman cukup, dan tidak pilih kasih dalam menjalankan
hukum-hukum Allah.
(31)
Ayat ini menerangkan bahwa Allah mengajarkan kepada Adam a.s nama-nama, fungsi
dan tugasnya seperti Nabi dan Rasul, tugas dan fungsinya sebagai pemimpin umat.
Manusia memang makhluk yang dapat di didik, bahkan harus di didik, karena
ketika baru lahir bayi manusia tidak dapat berbuat apa-apa, anggota badan dan
otak serta akalnya masih lemah. Tetapi setelah melalui proses pendidikan bayi
manusia yang tidak dapat berbuat apa-apa itu kemudian berkembang dan melalui
pendidikan yang baik apa saja dapat dilakukan manusia.[3]
Setelah
mengajarkan nama-nama tersebut kepada Adam a.s, Allah menyakan benda-benda
tersebut kepada para malaikat. Yakni, dalam rangka menjalankan sunnahNya yang
menetapkan bahwa kehormatan akan di dapat setelah pengujian dan kemuliaan akan
diperoleh setelah penyobaan. Allah berfirman kepada para malaikat,
“beritahukanlah kepadaKU nama-nama makhluk ini, jika memang kalian benar bahwa
kalian memiliki keutamaan dan kelebihan atas Adam a.s dan keturunannya.[4]
(32)
tatkala Allah memerintahkan mereka agar menyebutkan nama-nama tersebut, para
malaikat berkata, “Wahai Rabb kami, Mahatinggi dan Mahasuci namaMu, kami tidak
mampu menyebutkan nama-nama semua ini kecuali bila Engkau mengajarkannya kepada
kami, karena ilmuMu Maha luas
lagi maha meliputi. Dan Engkau
dengan ilmuMu itu Mahabijaksana. Sesungguhnya ilmuMu dan kebijaksanaanmu itu
merupakan salah satu sifatMu yang sangat mulia.
Penjelasan
ini mengisyaratkan kepada kita bahwa orang yang pantas menyandang gelar (pemuka
agama) adalah orang yang berilmu dan bijaksana dalam tindakannya. Artinya,
barang siapa tidak memiliki kedua sifat tersebut atau salah satu darinya,
niscaya iya tidak layak menjadi pemuka agama. Dan lihatlah bagaimana para
malaikat itu menyatakan bahwa ilmu dan hikmah hanya milik Allah semata, karena
Dialah yang paling mengetahui, paling bijaksana, dan Maha suci namaNya.[5]
2.
Q.S
Ali Imran ayat 138-139
Kosa kata :
a.
Bayanun : penjelasan tentang akibat jelek yang
mereka lakukan, berupa kebohongan
b.
Hudan : penjelasan tentang akibat jelek yang
mereka lakukan, berupa kebohongan
c.
Al-
Mau’izah : suatu hal yang bisa
melunakan hati dan mengajak berpegang kepada ketaatan yang ada padanya
d.
Al- Wahnu :
lemah dalam beramal, berpikir dan dalam menjalankan perkara
e.
Al-
Hajnu : perasaan yang menimpa
jiwa bila kehilangan sesuatu yang dicintainya.
Munasabah
Munasabah ayat ini terdpat pada Q.S Al-Baqarah: 2
y7Ï9ºs Ü=»tGÅ6ø9$# w |=÷u ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`É)FßJù=Ïj9 ÇËÈ
Artinya:
“Kitab (AlQuran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Ketiga ayat ini memeberi
penjelasan bahwa Al-Qur’an sebagai petunjuk dan petuah yang khusus bagi
orang-orang yang bertakwa, karena mereka orang yang mau mengambil petunjuk
dengan kenyataan-kenyataan seperti ini.
Mereka juga mau
mengembilnya sebagai pelajaran dalam menghadapi kenyataan-kenyataan yang sedang
mereka alami. Berkat petunjuk ini, mereka berjalan lurus sesuai dengan metode
yang benar, dan menjauh dari hal-hal yang mengekibatkan kelalaian yang sudah
tampak jelas akibatnya, yakni membahayakan diri mereka.
Penjelasan :
Pada ayat 138
menjelaskan bahwa penuturan yang telah lalu tersebut merupakan penjelasan
tentang keadaan umat manusia sekaligus sebagai petuah dan nasehat bagi orang
yang bertakwa dari kalangan mereka. Petunjuk ini sifatnya umum bagi seluruh umat
manusia dan merupakan hujjah atau bukti bagi orang mukmin dan kafir, orang yang
bertakwa atau fasik.
Ahmad Musthafa
Al-Maraghy dalam tafsirnya menjelaskan, ini (Al-Qur’an) adalah sebagai petunjuk
dan petuah yang khusus bagi orang-orang yang bertakwa karena mereka orang yang
mau mengambil petunjuk dengan kenyataan-kenyataan seperti ini. Mereka juga mau
mengambilnya sebagai pelajaran dalam menghadapi kenyataan yang sedang mereka
alami. Orang mukmin sejati adalah orang yang mau mengambil hidayah dari Al-kitab
dan mau menerima penyuluhan nasehat-nasehatNya, sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh firmanNya.[6]
3.
Q.S
Al Dzariyah ayat 56
Asbabun Nuzul
Ketika para malaikat mengetahui bahwa Allah
SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya
kepada mereka secara terperinci. Dia memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan
manusia dari tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh di
dalamnya, para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus dipahami bahwa
sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, karena sujud
ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.
Surat Adz-Dzariyat Ayat
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا
لِيَعْبُدُون
Makna Mufrodat dan Kandungan Ayat:
Didahulukannya penyebutan kata (الجن) Jin dari
kata (الإنس) manusia karena jin memang lebih dahulu diciptakan
Allah dari pada manusia. Huruf (ل)
pada kata (ليعبدون)
bukan berarti agar supaya mereka beribadah atau agar Allah disembah,
sedangankan Menurut Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam tasirnya,
Al-Misbah, penafsiaran ayat di atas adalah sebagai berikut: “Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang kembali pada diri-Ku. Aku tidak menciptakan mereka
melainkan agar tujuan atau kesudahan aktivitas meraka adalah beribadah
kepada-Ku.
Ayat di atas
menggunakan bentuk persona pertama (Aku), karena memang penekannya adalah
beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal
dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memberi kesan adanya keterlibatan
selain Allah swt, huruf lam disini sama dengan huruf lam dalam firman Allah
SWT:
“ Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun
yang akibatnya Dia menjadi musuh dan Kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman
beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.”
Bila huruf lam pada liyakuna dipahami dalam
arti agar supaya, maka di atas seperti: maka dipungutlah dia oleh keluarga
fir’aun agar supaya dia Musa yang dipungut itu menjadi musuh dengan kesedihan
bagi mereka.[7]
Thabathaba’i memahami huruf lam
pada ayat yang ditafsirkan dalam arti agar supaya, yakni tujuan penciptaan
manusia dan jin adalah untuk beribadah. Ulama ini menulis bahwa tujuan apapun
bentuknya adalah sesuatu yang digunakan oleh yang bertujuan untuk
menyempurnakan apa yang belum sempurna baginya atau menanggulangi kebutuhan/
kekurangannya. Tentu saja hal ini mustahil bagi Allah SWT, karena dia tidak memiliki
kebutuhan. Dengan demikian tidak ada lagi baginya yang perlu disempurnakan.
Namun disisi lain, suatu perbuatan yang tidak memiliki tujuan adalah perbuatan
sia-sia yang perlu dihindari.[8]
Mengapa, hai Muhammad, kamu diperintahkan untuk memperingatkan umat
manusia? Kamu diperintahkan untuk memperingatkan bahwa jin dan manusia tidak
diciptakan kecuali untuk beribadat kepada-Ku.
Jin dan manusia dijadikan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Tegasnya, Allah menjadikan kedua makhluk
itu sebagai makhluk-makhluk yang mau beribadah, diberi akal dan panca indera
yang mendorong mereka menyembah Allah, untuk beribadahlah tujuan mereka
diciptakan. Dengan demikian, ibadah yang dimaksud disini lebih luas
jangkauannya daripada ibadah dalam bentuk ritual. Tugas kekahlifahan termasuk
dalam makna ibadah dan dengan demikian hakekat ibadah mencakup dua hal pokok.
Pertama : kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap
insan.
Kedua : mengarah
kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap anggota badan dan
setiap gerak dalam hidup.[9]
Beberapa ulama berpendapat bahwa
ayat ini hanya khusus mengenai orang yang telah diketahui oleh Ilmu Allah bahwa
ia pasti akan menyembah-Nya, oleh karena ayat ini menggunakan lafadz yang umum
dengan makna yang khusus. Perkiraan yang dimaksud adalah tidak Aku
ciptakan penduduk surga dari jin dan manusia kecuali untuk menyembahnya.
4.
Q.S
Al Fath ayat 29
Munasabah
Munasabah
ayat ini terdapat dalam Q.S Al-Maidah: 54
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä `tB £s?öt öNä3YÏB `tã ¾ÏmÏZÏ t$öq|¡sù ÎAù't ª!$# 5Qöqs)Î/ öNåk:Ïtä ÿ¼çmtRq6Ïtäur A'©!Ïr& n?tã tûüÏZÏB÷sßJø9$# >o¨Ïãr& n?tã tûïÍÏÿ»s3ø9$# crßÎg»pgä Îû È@Î6y «!$# wur tbqèù$ss sptBöqs9 5OͬIw 4 y7Ï9ºs ã@ôÒsù «!$# ÏmÏ?÷sã `tB âä!$t±o 4 ª!$#ur ììźur íOÎ=tæ ÇÎÍÈ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi
Maha Mengetahui.[10]
Pada
Q.S Al-Maidah dijelaskan akan dating suatu kaum dimana mereka akan bersikap
lemah lembut terhadap kaum mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, sedangkan pada ayat selanjutnya allah memberi penjelasan ini lah kaum
yang telah dijelaskan dalam Q.S Al-Maidah. Para sahabat Rasulullah yang
sepeninggalannya menjadi pemimpin terhadap kaum muslim yang tidak bersikap
lemah dan bersikap sedemikian keras terhadap orang-orang kafir dan bersikap
lemah lembut terhadap sesame mukmin.[11]
Ayat ini menerangkan bahwa
Muhammad itu adalah Rosul yang di utus Allah kepada seluruh umat.Para sahabat
dan pengikut Rosul itu bersikap keras terhadap orang-orang kafir,tetapi lemah
lembut terhadap sesama mereka. Orang-orang yang beriman itu selalu mengerjakan solat
dengan khusu’, tunduk, ikhlas, mencari pahala, karunia Allah dan keridhoan
–Nya.
Tampak diwajah mereka terlihat
bekas sujud.Yang dimaksud dengan bekas sujud disini ialah air muka yang
cemerlang, tidak ada gambaran kedengkian dan niat buruk kepada orang lain,
penuh ketundukan dan kepatuhan kepada Allah SWT. Bersikap dan berbudi pekerti
yang halus sebagai gambaran keimanan mereka. Sifat-sifat yang demikan itu
adalah sifat-sifat yang terlukis dalam taurat.
Sifat-sifat mereka yang terlukis dalam injil adalah para sahabat dan para
pengikut beliau semula sedikit, kemudian bertambah dan berkembang dalam waktu
singkat seperti bijian yang tumbuh mengeluarkan batangnya, lalu batang
bercabang dan beranting, kemudian menjadi besar dan berbuah sehingga
menakjubkan orang yang menanamnya, karena kuat dan indahnya sehingga menambah
panasnya hati orang-orang kafir. Demikianlah agama Islam, Rosulullah dan para
pengikutnya pada permulaan tumbuh dan berkembangnya.
Kemudian kepada pengikut Rosulullah itu baik yang dahulu maupun yang
sekarang, Allah SWT menjanjikan pengampunan dosa-dosa mereka, memberi mereka
pahala yang banyak dan menyediakan surga sebagai tempat yang abadi bagi mereka.
Janji Allah SWT yang demikian itu pasti ditepati.[12]
5.
Q.S
Al Hajj ayat 41
Munasabah
Munasabah
ayat ini teradapat dalam Q.S Al-Kahfi: 110
ö@è% !$yJ¯RÎ) O$tRr& ×|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB #Óyrqã ¥n<Î) !$yJ¯Rr& öNä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) ÓÏnºur ( `yJsù tb%x. (#qã_öt uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u ö@yJ÷èuù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ wur õ8Îô³ç Íoy$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u #Jtnr& ÇÊÊÉÈ
“Katakanlah:
Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya".[13]
Pengertian
Secara Umum
Dalam ayat-ayat terdahulu Allah mengetengahkan bahwa kaum musyrikin
menghalang-halangi manusia dari memeluk agama Allah dan berziarah ke Masjidil
Haram. Kemudian, menerangkan perbuatan-perbuatan ibadah haji, dan menjelaskan
bahwa ibadah itu terdapat berbagai manfaat diniyah dan duniawiyah. Dalam
ayat-ayat ini, Allah menjelaskan apa yang menghilangkan penghalang itu, dan
memberi jaminan untuk dapat melaksanakan kewajiban tersebut secara sempurna.[14]
Penjelasan
Allah menyifati orang-orang yang
diusir dari kampung halamannya:
الَّذِينَ إِن
مَّكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ
وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ
Orang-orang
yang diusir dari kampung halamannya ialah orang-orang yang apabila Kami
meneguhkan kedudukan mereka di dalam negeri, lalu mereka mengalahkan kaum
musyrikin. Lalu, mereka taat kepada Allah, mendirikan shalat seperti yang
mereka perintahkan kepada mereka, mengeluarkan zakat harta yang telah diberikan
kepada mereka, menyeru manusia untuk mentauhidkan Allah dan taat kepada-Nya,
menyuruh orang untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh syari’at, dan
melarang melakukan kemusyrikan serta kejahatan.
Ringkasan: Mereka adalah
orang-orang yang menyempurnakan dirinya dengan menghadirkan Tuhan dan
menghadapkan diri kepada-Nya di dalam shalat menurut kemampuannya, dan mereka
menjadi penolong umat-umat mereka dengan menolong orang-orang fakir dan yang
butuh pertolongan di antara mereka. Di samping itu, mereka menyempurnakan orang
lain dengan memberikan sebagian ilmu dan adabnya, serta mencegah berbagai
kerusakan yang menghambat orang lain untuk mencapai akhlak dan adab yang luhur.
Kemudian, Allah menjanjikan akan
meninggikan kalimat-Nya dan menolong para penolong agama-Nya:
وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ
الْأُمُورِ
Kepada Allah-lah segala urusan
dikembalikan, apakah Dia akan membalasnya dengan pahala ataukah dengan siksa di
negeri akhirat.
Senada
dengan ayat tersebut, ialah firman Allah:
úüÉ)FßJù=Ï9èpt7É)»yèø9$#ur
“Dan kesudahan
yang baik adalah baik bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-A’raf, 7: 128).[15]
6. Q.S Hud ayat 61
Munasabah
Munasabah
ayat ini terdapat dalam Q.S Al-Hijr: 82
øÎ) (#qè=yzy Ïmøn=tã (#qä9$s)sù $VJ»n=y tA$s% $¯RÎ) öNä3ZÏB tbqè=Å_ur ÇÎËÈ
Artinya:
Sesungguhnya
Allah-lah yang telah menciptakan bentuk kejadian kalian, dan menganugrahkan kepadamu
sarana-sarana kemakmuran dan kenikmatan di atas bumi. Maka, tidaklah takut kamu
menyembah Allah, karena Allah-lah yang berjasa dan memberi anugerah kepada
kalian. Oleh karena itu, bersyukur kepada-Nya adalah kewajibanmu dengan cara beribadah
kepada-Nya semata-mata dengan ikhlas.[17]
Pengertian secara umum
Kisah ini tercantum dalam Al-Qur’an yang menerangkan seruan Nabi Shalih
kepada kaumnya, Samud, dengan tolakan mereka terhadap dakwah, setelah beliau
memberikan hujjah-hujjah kepada mereka. Nabi Shalih adalah seorang Rasul kedua dari bangsa Arab dan
kabilahnya. Samud, bertempat tinggal di ‘Al-Hijr, suatu tempat antara Hijaz dan
Syam. Kisah mereka akan kita dapatkan pula dalam surat Asy-Syu’ara, An-Naml,
Al-Qamar, Al-Hijr dan surat-surat lainnya, yang masing-masing akan didapatkan
pelajaran dan nasihat, yang juga diperlukan oleh selain kaum Samud itu.
Penjelasan
وَإِلَى
ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحاً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ
إِلَـهٍ غَيْرُهُ
Dan kepada kaum Samud, kami utus saudara mereka, Shalih. Shalih berkata:
“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia.”
Kata-kata ini, seperti halnya kata-kata semisalnya yang telah kita baca,
yaitu mengenai penyampaian dakwah yang dilakukan oleh Nabi Hud as.
هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الأَرْضِ
Allah-lah yang telah memulai
penciptaan kalian dari tanah. Yaitu, pertama yang daripadanya Allah menciptakan
Adam, nenek moyang umat manusia, kemudian menciptakan kalian dari sari pati
yang berasal dari tanah. Juga melewati bermacam-macam perantara karena sperma
(nutfah) yang berubah menjadi sesuatu yang melekat pada uterus (‘alaqah),
kemudian berubah pula menjadi gumpalan daging (mudghah), kemudian menjadi
kerangka tulang yang dibalut dengan daging. Asal semuanya adalah darah, sedang
darah yang itu berasal dari makanan. Makanan itu kadang terdiri dari tumbuhan
yang hidup di atas tanah, kadang terdiri dari daging yang berasal dari
tetumbuhan setelah melewati satu tahapan atau lebih.
وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
Dan Allah menjadikan
kalian orang-orang yang memakmurkan tanah itu. Artinya, bahwa kaum Nabi Shalih
itu ada yang menjadi petani, pengrajin dan ada pula tukang batu, sebagaimana
tercantum dalam QS. al-Hijr : 82, yang artinya:
“Dan mereka memahat rumah-rumah
dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.” (Al-Hijr, 15 : 82).
Kesimpulannya:
Sesungguhnya Allah-lah yang telah menciptakan bentuk kejadian kalian, dan
menganugrahkan kepadamu sarana-sarana kemakmuran dan kenikmatan di atas bumi.
Maka, tidaklah takut kamu menyembah Allah, karena Allah-lah yang berjasa dan
memberi anugerah kepada kalian. Oleh karena itu, bersyukur kepada-Nya adalah
kewajibanmu dengan cara beribadah kepada-Nya semata-mata dengan ikhlas.
فَاسْتَغْفِرُوه ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ
Maka, mohonlah kepada
Allah supaya mengampuni kalian atas dosa-dosamu yang lalu karena kemusyrikanmu
dengan mempersekutukan Allah kepada yang lain, juga atas kejahatn-kejahatan
yang telah kamu lakukan. Kemudian, kembalilah kalian kepada-Nya dengan memohon taubat
tiap kali kamu terlanjur melakukan suatu dosa, semoga Dia mengampuni kalian.
إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ
Sesungguhnya, Tuhanku Maha
Dekat kepada hamba-hamba-Nya, tidak samar bagi-Nya permohonan ampun mereka
maupun dorongan yang membangkitkan untuk melakukan permohonan ampun. Allah juga
Maha Pengampun dan mengabulkan do’a bagi siapa pun yang berdo’a kepada-Nya dan
memohon, apabila dia seorang Mu’min yang ikhlas.[18]
C. Kesimpulan
Kesimpulannya, bahwa di
dalam surat Ali Imran ayat 138-139 mengandung perintah untuk melakukan
persiapan, menyediakan segala sesuatunya termasuk dengan tekad dan semangan
yang benar, di samping keteguhan hati dan tawakkal kepada Allah. Supaya kita
bisa meraih keberhasilan dan mendapatkan apa yang kita inginkan, serta dapat
mengembalikan kerugian atau kegagalan-kegagalan yang telah diderita.
Pada surat Al-Fath ayat 29
ini mengandung perintah untuk mewujudkan rasa hormat dan rasa kasih sayang
sesama manusia, menunjukkan bahwa seorang hamba haruslah selalu sujud dan
taubat kepada Allah Swt., serta mengingatkan kepada manusia untuk selalu
menyenangkan orang lain.
Al-Hajj ayat 41 ini
menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan
kemenangan, serta mencerminkan ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam, kapan
dan di manapun. Kemudian telah dibuktikan dalam sejarah melalui masyarakat Nabi
Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
Hud ayat 61 menjelaskan
bahwa Allah telah mengutus seorang utusan kepada kaum Samud namanya Saleh. Ia
menyeru mereka supaya hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan
sembahan-sembahan yang telah membawa mereka kepada jalan yang salah dan
menyesatkan.
II.
PENUTUP
Demikian Makalah Ini kami selesaikan, semoga dengan adanya makalah ini mampu memberi
pengetahuan pembaca terkait tujuan
pendidikan. Akhirnya tiada sebuah karya yang sempurna
karna kesempurnaan hanya milik Allah semata. Kami mengharap kritik dan saran dari para pembaca supaya dalam menulis
makalah lebih baik lagi untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Qur’an al-Karim dan terjemahnya
Al-Qarni, ‘Aidh. Tafsir
Muyassar. Jakarta:
Qisthi Press. 2007
Departemen
Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Bandung:
Diponegoro. 2001
Kementerian
Agama Islam. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 1. Jakarta: Lentera Abadi. 2010
Mustafa, Ahmad. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 4, 12. Semarang: Toha
Putra. 1989
Musthafa, Ahmad. Tafsir Al-Maraghi. Semarang :Toha
Putra. 1993
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an”. Jakarta: Lentera Hati. 2002
[2] Kementerian
Agama Islam, Al-Qur’an dan Tafsirnya
Jilid 1, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), Hlm. 75.
[7] M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan,
Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hlm. 356.
[10]
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(Bandung: Diponegoro, 2001), Hlm. 93.
[11]
Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 4, (Semarang: Toha Putra,
1989), Hlm.194.
[13]Departemen
Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:
Diponegoro, 2001), Hlm.243.